Ternyata perubahan Museum Bank Indonesia luar biasa! Dibandingkan kali terakhir saya ke sana sekitar 10 tahun lalu. Meski di luarnya tak jauh beda, tapi di dalamnya, banyak sekali yang diperbarui. Bagus banget dan sangat recommended untuk dikunjungi.
Sebenarnya rencana awal saya adalah mengajak anak ke Kota Tua saja. Tapi, karena ada keperluan menulis, museum inilah yang akhirnya jadi tujuan. Lagian sama-sama di kawaan Kota Tua juga.
Nah, berikut pengalaman saya dan keluarga ke Museum Bank Indonesia kemarin. Apa saja yang ada di dalamnya, fasilitas apa yang disediakan, dan aktivitas apa yang bisa dilakukan? Silakan baca sampai akhir, ya.
Masuk ke Museum Bank Indonesia
Bagian depan museum |
Sebelumnya suami sudah mencari informasi kalau Museum Bank Indonesia menyediakan tempat parkir. Untungnya itu benar dan memang disediakan secara gratis maksimal 3 jam. Gerbang masuknya dari belakang, bukan dari gerbang utama yang di depan. Nanti ada petugas yang memberikan karcis. Pas kami datang, tidak banyak kendaraan sehingga masih kosong. Hanya beberapa mobil pribadi dan bis. Padahal hari Sabtu, lo.
Oiya, berikut jam operasional Museum Bank Indonesia.
Selasa - Minggu, Senin libur.
Buka 08.00 - 15.30 WIB.
Istirahat 12.00 - 13.00 WIB.
Kalau tiba di jam istirahat, seperti saya kemarin, maka tidak boleh masuk, mesti menunggu sampai jam 13.00 WIB.
Loket pembelian tiket masuk |
Dari parkiran, harus berjalan ke pintu depan bangunan untuk masuk ke dalam museumnya. Ada pemeriksaan tas dulu oleh petugas, baru menuju ke loket pembelian tiket. Harga tiketnya ramah sekali di kantong, yaitu Rp5.000/orang dan anak kedua saya yang berusia 5 tahun masih gratis. Jadi, totalnya kami hanya membayar Rp15.000 saja.
Di pintu masuk museum, tas mesti dititipkan. Bila ada yang tidak bisa ditinggal, akan dipinjamkan tas khusus bening untuk membawa barang-barang tersebut.
Kisah Perjalanan yang Dikemas Menarik dan Modern
Setelah pintu masuk di dalam museum |
Dari pintu masuk, kita sudah disuguhkan manekin-manekin tokoh-tokoh penting dalam perjalanan ekonomi Indonesia yang bentuknya mirip sekali dengan manusia asli. Anak saya saja sampai tertipu, haha. Disertai juga layar besar yang menampilkan video pengantar mengenai perkembangan dunia keuangan negara ini.
Masuk ke dalam, lebih bagus lagi yang diberikan. Saya suka sekali desainnya! Modern, kekinian. Dengan kaca-kaca tebal bertuliskaan beragam informasi, sesuai dengan bagian-bagian masanya yang sudah dikelompokkan. Manekin-manekin tetap ada, yang menurut saya berhasil menghidupkan suasana. Gabungan visual dan teks memang jitu agar dapat menyampaikan informasi dengan lebih menarik dan mudah diingat.
Desain yang modern dan menarik |
Setiap bagian yang kita lalui sesuai dengan tahapan perjalanan ekonomi Indonesia. Kita jadi tahu mulanya bagaimana, hingga sampai di masa sekarang. Informasi yang kita terima sebagai pengunjung bakalan urut sesuai waktu kejadiannya, tidak acak.
Mulai dari masa di mana pelayaran menemukan wilayah Indonesia yang kaya rempah, dilanjut kedatangan VOC, kondisi di saat penjajahan, kemerdekaan, setelah merdeka, dan berlanjut ke waktu sekarang. Saya baru tahu kalau Bank Indonesia berasal dari bank Hindia-Belanda bernama De Javasche Bank (DJB). Bahkan dulunya uang yang berlaku di Indonesia adalah uang Belanda, bernama NICA. Lalu, Rupiah diedarkan sebagai bukti kedaulatan Indonesia setelah merdeka dan NICA ditarik.
Awal mula sejarah perekonomian di Indonesia |
Kemudian, informasi menarik lain yang masih saya ingat dari kunjungan ke Museum Bank Indonesia kemarin, ternyata di Indonesia pernah beredar banyak sekali mata uang. Bukan mata uang asing seperti sebelumnya, melainkan mata uang yang bernama Oeang Republik Indonesia (ORI) dan ORI Daerah (ORIDA). Ini disebabkan oleh suasana perang yang menyulitkan pendistribusiam ORI sehingga pemerintah pusat memberikan mandat kepada pemerintah daerah untuk mencetak uang sendiri di daerah masing-masing. Barulah setelah Republik Indonesia Serikat (RIS) dibubarkan, mata uang Rupiah kembali menjadi satu-satunya.
ORI dan ORIDA yang pernah digunakan di Indonesia |
Saya yang tidak suka dengan pelajaran sejarah saja bisa ingat dari apa yang saya lihat di Museum Bank Indonesia. Karena memang sebaik itu penyusunannya. Termasuk juga tentang kejadian krisis moneter di tahun 1998, ekonomi modern, ekonomi syariah, uang-uang yang pernah ada di Indonesia dari zaman kerajaan hingga sekarang, dan masih banyak lagi. Semua lengkap dan dikemas apik. Wajar bila museum ini menjadi kunjungan para pelajar untuk study tour atau field trip.
Berikut beberapa foto agar teman-teman juga bisa mendapat gambaran yang lebih jelas.
Bagian dalam gedung museum |
ORI dan ORIDA yang pernah digunakan di Indonesia |
Patung-patung yang membuat suasana semakin hidup |
Perjalanan rupiah dari dulu hingga sekarang |
Ruangan dan aktivitas bank di masa lalu |
Sisa tragedi 1998 |
Tulisan yang tidak membosankan untuk dibaca |
Visual yang melengkapkan informasi |
Bagaimana, betul kan kalau Museum Bank Indonesia menarik dan bagus? Niat banget desainnya. Beberapa bagian bangunan yang masih dibiarkan tanpa tersentuh banyak renovasi, menjadi penguat kesan klasik museumnya. Dinding bagian luar yang dicat putih bersih, makin memanjakan mata dan memenuhi galeri foto. Setiap spot begitu ciamik untuk didokumentasikan. Kalau teman-teman ke sini, pasti juga foto-foto terus. Yakin deh, hehe.
Fasilitas dan Aktivitas yang Bisa Dilakukan, Ada Kids Corner-nya!
Masjid di Museum Bank Indonesia |
Fasilitas yang disediakan Museum Bank Indonesia cukup lengkap. Selain area parkir gratis yang telah dijelaskan sebelumnya, ada juga masjid yang luas untuk salat sekaligus beristirahat. Lengkap dengan toiletnya yang bersih. Di dalam museum juga ada toilet, jadi tak perlu khawatir kalau misalnya kebelet pas berkeliling. Kebersihannya sama-sama terjaga.
Selain itu, ada restoran di bagian bawah museum, tempat duduk-duduk dengan bangku dan meja kayu di bagian luar dekat masjid kalau ingin makan sesuatu yang dibawa dari luar. Bila mau beli oleh-oleh atau cenderamata spesial Museum Bank Indonesia, disediakan satu ruang khusus di pintu keluar museum. Beberapa produknya adalah baju kaos, alat makan, buku/agenda, gantungan kunci, dan mainan kulkas. Saya beli satu yang mainan kulkas, harganya 20 ribuan.
Tempat duduk di belakang museum |
Khusus yang bawa anak seperti saya, Museum Bank Indonesia menyediakan kids corner yang juga berada di bagian bawah. Kalau tidak beli cenderamata dan dibilang oleh kasirnya, mungkin saya tidak tahu kalau ada yang bagus begini di bawah. Lebih tepatnya di bagian kiri tangga menuju loket pembelian tiket.
Corner kids didesain seperti kapal dengan nuansa warna warni. Tidak bayar, ya. Tetap gratis. Karena harus membuka alas kaki, jadi lantai di dalamnya sangat bersih. Di sini, anak-anak bisa mewarnai yang nanti hasilnya dapat direalisasikan dalam wujud bergerak-gerak di layar, dan juga menyusun puzzle uang kertas rupiah. Anak-anak saya sudah pasti bahagia kalau ada tempat yang dikhususkan untuk mereka seperti ini.
Anak mewarnai dan hasilnya bisa tampil di layar |
Menyusun puzzle uang kertas rupiah |
Masih dalam satu area, kita juga bisa berfoto-foto dengan latar yang dibuatkan spesial. Ada yang bergambar 3D dan ada pula ruang yang bernuansa bank. Yang tak boleh dilewatkan adalah fasilitas berfoto dengan latar hijau di mana background-nya bisa dipilih. Masih gratis. Ada petugasnya yang membantu proses berfoto. Nanti, hasil foto akan dikirim ke email yang kita input.
Hasil foto dengan background hijau |
Salah satu spot di Pojok Foto |
Jangan pakai baju hijau atau kuning, ya, karena bisa hilang atau tak terlihat. Seperti anak kedua saya yang kebetulan pakai baju kuning, jadi hilang deh badannya di hasil foto.
Di Sekeliling Museum Bank Indonesia
Banyak penjual makanan di sekeliling Museum Bank Indonesia |
Karena sampainya masih di jam istirahat, kami memutuskan untuk mencari makan dulu di sekitar museum. Banyak sekali penjual gerobakan yang menu jualannya cocok untuk makan siang. Seperti soto, nasi ayam penyet, bakso, mie ayam, dan pecel. Kami makan mie ayam dengan harga Rp15.000 per mangkuknya. Untuk jaga-jaga, mending tanya dulu harganya sebelum memesan, ya.
Selain makanan berat, beragam camilan juga ada. Telur gulung, otak-otak goreng, cakue, gorengan, dan banyak lagi. Penjual minuman pun turut meramaikan, mulai dari minuman kemasan, sasetan, hingga kopi-kopi kekinian. Silakan pilih mana yang disuka. Atau kalau mau beli sesuatu selain makanan, ada mainan anak-anak, bermacam topi, kaca mata, atau pernak pernik lain.
Pedagang di sekitar museum |
Jalan sedikit lebih jauh, nanti akan sampai di area utama kota tua dengan tulisan besar Jakarta. Dari yang saya lihat, walau belum sempat menikmati, di sini bisa menyewa sepeda untuk berkeliling. Andai saat itu sore hari, pasti menyenangkan sekali melakukannya.
Spot foto favorit di Kota Tua |
Dari pengalaman saya berkunjung ke Museum Bank Indonesia, saya sangat merekomendasikan museum ini untuk didatangi ketika ada rencana jalan-jalan ke Kota Tua. Untuk harga tiket yang hanya Rp5.000 rupiah, apa yang disuguhkan di dalamnya rasanya tak sebanding. Karena bagus banget! Anak-anak yang belum bisa membaca dan belum begitu paham sejarah, bisa belajar dari rupa visual yang ada. Sedangkan bagi yang sudah lebih besar, bisa mendapatkan informasi dan belajar sejarah dengan lebih menyenangkan.
Berwisata ke Museum Bank Indonesia, ilmunya dapat, senangnya juga dapat. Murah lagi.
Yuk, agendakan untuk acara jalan-jalan di akhir pekan ini bersama keluarga.
Semoga bermanfaat.
Post a Comment