Kemajuan Selaras Alam Di KBA Tabek Talang Babungo

Apa yang kita nikmati saat ini adalah warisan para leluhur. Suatu saat, kita pun pasti akan menjadi leluhur.


Jalannya tidak begitu lebar. Cukup leluasa dilalui motor yang berpapasan menembus sejuknya udara. Di sisi jalan pun istimewa, banyak bunga dan tanaman yang seolah tak mau kalah unjuk diri. Tak dibiarkan terputus, warga turut menyambung puzzle bunga-bunga ini dengan menanamnya di depan atau pekarangan rumah. Penataan rapi dan bersih dalam guratan warna-warninya, menjadi pesona Ibu Pertiwi yang mengendapkan memori sulit dilupa. Pantas bila julukan Nagari Seribu Bunga melekat pada desa ini.


Kemajuan Selaras Alam Di Jorong Tabek
Luar biasanya pesona alam dan pemberdayaan masyarakat Jorong Tabek  | Foto: Instagram @desawisata_kba.tlb

Terletak di ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut, Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, menyuguhkan suasana asri dengan latar belakang pegunungan dan hijaunya persawahan. Di sini, aktivitas gotong royong untuk bersih-bersih sudah menjadi pemandangan biasa. Bukan hanya yang setengah baya, tapi juga sudah membudaya di kalangan muda-mudinya. Tidak ada kata malu memungut sampah yang mengganggu, menyapu halaman, dan merawat taman adalah aktivitas harian. 

Bersama menjaga apa yang sudah dititipkan, berhasil mengubah wajah Jorong Tabek menjadi desa wisata sudah terverifikasi oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Kerap juga dijadikan lokasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) bagi mahasiswa karena pemberdayaan masyarakatnya yang menyimpan berlimpah makna.


Berjarak kurang lebih 72 km dari pusat kota Padang, butuh waktu sekitar 3 jam perjalanan untuk menjejaki tanahnya. Salah satu Kampung Berseri Astra (KBA) yang kemajuannya selaras dengan alam. Tetap mempertahankan kelestarian lingkungan dan kearifan lokal, sebuah keutuhan jati diri di tengah arus modernisasi.


Sejarah Memotivasi untuk Berubah


Salah satu ruas jalan yang sisinya penuh tanaman indah
Mewujudkan ruas jalan yang sisinya penuh tanaman indah butuh perjuangan panjang | Foto: Instagram @desawisata_kba.tlb 

Tidak terlahir seperti sekarang, Jorong Tabek memiliki sejarah dengan kondisi berkebalikan. Pernah disematkan sebagai salah satu jorong termiskin dan tertinggal di Sumatera Barat. Masyarakatnya berpenghasilan minim dan pendidikan di bawah standar karena para orang tua lebih memilih mendahulukan "urusan perut" akibat keterbatasan finansial. Sampah berserakan dianggap lumrah, dan semak belukar berkelebat tak beraturan. Alam yang jauh dari perawatan melawan. Sumber mata air jadi sangat sulit, yang semakin memperparah kondisi kemiskinan. Bagaimana menghidupi lahan?


"Jangankan untuk datang ke sini, orang mendengar nama Jorong Tabek saja sudah menghindar. Kalau ada warga jorong yang merantau ke luar, pasti tidak mau menyebutkan asal kampung mereka," kenang pilu Kasri Satra, ketua KBA Jorong Tabek.


Lahir dan besar di sini, Kasri tahu betul bahwa apa yang menjadi masalah, tentu harus diubah, agar Jorong Tabek mampu menggenggam masa depan yang tidak kalah baik dari desa-desa lainnya. Motivasi inilah yang mengawali perjuangan.


Alam takambang jadi guru (alam terbentang jadi guru). Bukan hanya alam sehat yang mampu menjadi guru, alam Jorong Tabek yang kala itu tidak baik-baik saja tetap mengirimkan sandi-sandi motivasi pelestarian untuk manusia yang mendiaminya.


Bersama para warga, Kasri mulai membenahi jorong. Bergotong royong menata kampung, membersihkan sampah, dan memangkas liarnya semak. Tentunya diimbangi dengan pendekatan perlahan melalui bakti sosial, demi mengarahkan pola pikir warga supaya tergerak melakukan hal serupa bersama. Penanaman kembali lahan-lahan kritis di sekitar jorong diupayakan maksimal agar sumber-sumber cadangan air selalu mengalir dan jangan sampai ada lagi kekeringan.


Gotong royong bersih-bersih sudah menjadi pemandangan sehari-hari
Gotong royong bersih-bersih sudah menjadi pemandangan sehari-hari | Foto: Instagram @desawisata_kba.tlb 

Dampak perubahan iklim pun menjadi perhatian. Alam Jorong Tabek yang sedemikian asri, makin gencar menjaga kelestarian. Sampah-sampah diolah menghasilkan ecobrick dan eco enzyme. Mencari energi terbarukan dengan memanfaatkan sinar matahari dan kekuatan drainase. Unik sekali, banyak dekorasi menarik yang lahir dari ecobrick ini. Kreativitas tidak harus merusak alam, bukan? Apresiasi pun tersemat, Jorong Tabek berhasil meraih poin tertinggi hasil verifikasi Kampung Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Provinsi Sumatera Barat tahun 2019.


Tugu Rangkiang Ecobrick
Tugu Rangkiang Ecobrick menghiasi Jorong Tabek | Foto: Instagram @desawisata_kba.tlb

Sendiri kami gagal, bersama kami sukses. Mengasrikan dan menjaga keasrian di jorong yang cukup luas, tidak bisa hanya mengandalkan satu pusat. Inovasi pembagian 11 Zona Hijau dengan penanggung jawab lebih kurang 40 kepala keluarga, berjalan hingga detik ini. Setiap zona dipenuhi berbagai tanaman dan diolah sedemikian rupa dengan memanfaatkan sumber daya yang kebanyakan berasal dari kawasan jorong juga, seperti kayu untuk tiang-tiang dan pagar. Tidak heran bila zona-zona ini tampak begitu alami. Bagaikan investasi, demi keterjagaan alam jorong untuk jangka pendek dan panjang. Kebaikannya pasti berujung pada kesejahteraan. 


Halte bagonjong di Zona X
Halte bagonjong di Zona X | Foto: Instagram @desawisata_kba.tlb 

Namun, keberhasilan ini tentu tidak serta merta berjalan mulus. Ada saja ulah kontra yang mulanya menentang. Pernah suatu ketika bunga-bunga yang ditanam sore hari, luluh lantak keesokan paginya. Tak sedikit yang menganggap bahwa upaya ini tak akan bertahan lama, paling hanya sehari atau dua hari saja. Bahkan, setelah resmi menjadi binaan KBA, tetap terdengar komentar-komentar negatif yang memiriskan.


Tanpa mengenal pasrah, semangat itu kian tersulut. Sudah menjadi hukumnya bahwa proses perubahan tidak akan mudah. Kasri terus belajar bersama para wali nagari, tokoh-tokoh lainnya dan tentunya dengan mengantongi dukungan warga beserta ibu-ibu yang setia membantu. Hasil yang mulai ditampakkan dari gerakan dan terobosan yang pantang tumbang, berangsur meyakinkan. Pegiat yang hanya hitungan jari, berkembang menjadi ratusan dan seluruh warga tak lagi enggan turun tangan. Remaja dan anak-anak pun dilibatkan agar yang sudah diperjuangkan tak sirna meski generasi berpindah tangan.


Perkuat Modal Masa Depan dengan Pengetahuan


MIS Muallimin yang kini sedang dalam proses menjadi MIN (negeri)
MIS Muallimin Tabek  kini sedang dalam proses menjadi MIN (negeri), dulunya sangat reyot | Foto: appmadrasah.kemenag.go.id/

Idaman kemajuan yang tidak pernah kandas, perlu diimbangi dengan sumber daya yang berilmu. Dinamisnya kehidupan dan perkembangan, butuh gebrakan-gebrakan yang juga mampu mengikuti. Pendidikan pun menjadi salah satu prioritas perjuangan di Jorong Tabek. Kemiskinan dan ketertinggalan pasti akan terselesaikan bila warga dan anak-anak mendapatkankan hak pendidikannya.


Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, mayoritas rumah tangga miskin di Indonesia memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Rumah tangga miskin yang tidak tamat SD 29,86% dan yang hanya lulusan SD 37,74%. Persentase semakin mengecil di setiap kenaikan jenjang pendidikan. 


Menderaikan air mata. Ketertinggalan Jorong Tabek dalam pendidikan di masa lalu bukan hanya disebabkan faktor ekonomi, namun juga fasilitas sekolah yang tidak layak. Bangunan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Muallimin Tabek yang kini sangat memanjakan mata dan berfasilitas lengkap, keadaan sebelumnya sampai digambarkan seperti kandang kuda saking tidak layaknya. Atap rusak dan bocor, sebagian dinding roboh, serta bersemak. Malah sempat pula lahan tersebut digugat, lalu terpaksa pindah ke bekas rumah lain yang kondisinya tak jauh berbeda. 


Jangankan untuk menggaji guru, membeli papan tulis dan kapur saja hanya mengandalkan sumbangan dan sedekah. Luar biasanya, guru bertahan dan rela mengajar tanpa dibayar. Murid yang bersekolah banyak yang tidak betah. Awalnya penuh 30, lama-lama menyusut menjadi 19. Salah satu alasannya karena kondisi sekolah yang memprihatinkan.


Meski MIS Muallimin Tabek sempat terancam bubar pada tahun 2009 karena pengajar sangat kurang dan sarana pun tak mampu dibeli, semesta kembali menyelamatkan. Bantuan perlahan mengalir dari Kepala UPT Pendidikan setempat, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat. Pelan tapi pasti, tahun 2015 air mata dan lelah itu terbayar. MIS Muallimin Tabek mendirikan tiga bangunan di tanah yang sudah dimiliki sendiri. 


Satu sudut di MIS Muallimin yang asri | Foto: Instagram @desawisata_kba.tlb 

Kini, sekolah reyot yang diliputi kesulitan, berubah menjadi sekolah membanggakan. Bukan hanya suasananya yang asri dan penuh bunga, namun juga deretan torehan prestasi. Fasilitas sekolah sangat lengkap, seperti adanya perpustakaan, laboratorium, Unit Kesehatan Sekolah (UKS), dan tentunya kelas-kelas memadai dengan segala fasilitasnya. Akreditasi A dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) dan Kementerian Agama pun sudah dicapai, serta dalam proses pengusulan menjadi sekolah negeri (MIN). Sekolah rindang ini sekarang menjadi rebutan para orang tua untuk memasukkan anaknya ke sana. 


Bersyukur sekolah formal untuk generasi penerus Jorong Tabek sudah tersedia dengan fasilitas dan kualaitas yang begitu baik. Bagaimana dengan para orang tua yang sudah melewati masa-masa sekolah formalnya? Dibuatlah Spot Edukasi Terpadu yang dinamai Rumah Pintar agar seluruh warga, seluruh usia, bisa mengakses sumber ilmu demi masa depan. Tidak peduli walau sekarang sudah kepala tiga, empat, atau lebih tua, keberlanjutan hidup yang lebih baik butuh pengetahuan.


Spot Edukasi Terpadu, Rumah Pintar
Spot Edukasi Terpadu, Rumah Pintar | Foto: Instagram @desawisata_kba.tlb 

Bangunan Rumah Pintar bukan gedung megah, namun tetap lega dengan menunjukkan sisi kearifan lokal dan kesederhanaan. Berkonsep rumah panggung dengan tiang-tiang bambu dan kayu menjulang, gagah berdiri sebagai  hasil semangat gotong royong untuk sebuah harapan kemajuan. Berbagai buku-buku tersusun di rak sebagai bacaan yang membuka dunia.


Bisa dikatakan Rumah Pintar ini adalah titik kumpul untuk mengakses segala pembinaan, penyuluhan, pelatihan, atau sosialisasi dalam pengembangan pendidikan, ekonomi, kesehatan dan lingkungan agar dapat menjadi bekal kehidupan masyarakat di masa yang akan datang. Adat dan budaya pun dihidupkan di sini. Warga dilatih agar tak menjauhi warisan leluhur. Silat, tarian tradisional, membatik, menganyam, hingga pengenalan beberapa perkakas tradisional dihadirkan dan latihan rutin dilakukan.


Pelatihan, penyuluhan, dan hasil latihan tari rutin warga Jorong Tabek
Pelatihan, penyuluhan, dan hasil latihan tari rutin warga Jorong Tabek | Foto: Instagram @desawisata_kba.tlb  

"Perubahan yang paling dirasakan setelah kehadiran Rumah Pintar adalah kebiasaan dan motivasi luar biasa yang terbentuk di tengah masyarakat," ungkap Kasri penuh bangga. 


Kesejahteraan Menjalar Ke Segala Lini


Gula tebu adalah penggerak ekonomo warga
Gula merah tebu adalah penggerak ekonomi warga | Foto: Instagram @desawisata_kba.tlb  

Lingkungan hidup yang bersih dan hijau, pendidikan yang terus dikembangkan, semakin menyejahterakan masyarakat di lebih banyak aspek. Perekonomian membaik, begitu pula dengan akses kesehatan. 


Warga kian produktif dengan usaha gula tebu yang pasarnya semakin menjanjikan. Mayoritas masyarakat bergantung hidup dari produksi ini dan sudah konsisten dijalankan dari dulu. Lagi-lagi warisan leluhur yang tak ditinggalkan hingga detik ini. Peralatan produksi tradisional yang dulu digunakan, kini sudah berganti dengan tungku-tungku yang lebih modern. 


Yenimra, salah seorang pembuat gula tebu menuturkan betapa kemajuan di proses produksi ini sangat membantu. Bila dibandingkan dengan alat tradisional, bahan bakar untuk memasak jauh lebih banyak. "Sekarang bisa menghemat hingga 50 persen," sumringah membucah di wajahnya. Dari segi kesehatan dan kebersihan juga berpengaruh. Dulu, gula merah yang dimasak tidak sebersih sekarang karena asap pembakaran berkelebat sangat pekat. Pembuat gula pun mesti menghadapi sesak di paru-paru dan mata perih akibat jejalan gumpalan asap yang jelas berbahaya. Tungku-tungku bantuan program KBA dengan perbaikan sistem pembakaran dan pembuangan asap membuat proses dan hasil produksi jadi lebih sehat.


Proses produksi gula tebu
Proses produksi gula tebu  | Foto: Instagram @desawisata_kba.tlb 

Dalam sehari, 200 kg gula merah tebu bisa dihasilkan. Sekarang juga ditambah dengan gula semut sebagai produk olahan yang tak kalah diminati. Ini berarti petani tebu Jorong Tabek menyanggupi untuk menyediakan 1 sampai 2 ton tebu sehari!


Alam yang dijaga dengan upaya, tanahnya membalas kasih dengan kesuburan dan airnya melimpah mengairi penuh nutrisi. Rimbunan pohon tebu terus tumbuh untuk memutar perekonomian.


Petani tebu membawa hasil panen
Petani tebu membawa hasil panen  | Foto: Instagram @desawisata_kba.tlb 

Bukan hanya di pabrik saja yang berubah lebih sehat, pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat pun tersedia makin rutin, seperti posyandu untuk ibu dan anak, serta beberapa program lain. Tidak datang dari dalam negeri saja, namun pernah juga bekerja sama dengan negara Jepang.


Program kesehatan di Jorong Tabek
Posyandu (kiri) dan pemeriksaan gigi oleh dokter dari Jepang (kanan) | Foto: Instagram @desawisata_kba.tlb  

Jorong Tabek membuktikan bahwa kemajuan tidak mesti mengorbankan alam. Benar bila alam akan memperlakukan manusia sebagaimana manusia memperlakukanya. Langkah awal membenahi desa, mempertemukan kampung ini dengan Astra Internasional. Meski diawali dengan kepahitan, kunjungan yang berniat untuk memberikan bantuan setelah kebakaran yang menghanguskan puluhan rumah pada tahun 2015, berbuah sokongan luar biasa dari program KBA di 4 pilar, yaitu lingkungan, pendidikan, kesehatan, dan kewirausahaan. Kemajuan-kemajuan inilah hasilnya nyatanya.


Sikap gotong royong yang tinggi dan potensi adalah kunci terpilihnya Jorong Tabek dalam seleksi sebagai desa binaan sejak tahun 2016.


Kampung Berseri Astra Jorong Tabek
Kampung Berseri Astra Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo | Foto: Instagram @desawisata_kba.tlb   

Jorong Tabek berhasil mendapat predikat tertinggi Bintang 5 dari KBA yang ada di seluruh Indonesia. Keterlibatan aktif warga, mengutamakan pentingnya ilmu, yang tua memberi contoh, yang muda dilibatkan, dan anak-anak dibiasakan, sukses menjadikan Jorong Tabek sejajar dengan kemajuan kampung-kampung lain. Desa wisata penuh daya tarik, yang bukan hanya dapat dinikmati alamnya, namun juga aktivitas warganya yang sarat kebersamaan.


"Menciptakan kampung yang indah dan nyaman dikunjungi semua orang bukanlah mimpi yang mustahil. Mimpi itulah yang diwujudkan oleh masyarakat Jorong Tabek, Talang Babungo."

Post a Comment