Setelah lebih dari 10 tahun tidak ke Kelok 9, di mana terakhir kali saya ke sana masih banyak sisa-sisa pembangunan, sekarang wajahnya sudah jauh berbeda. Tak ada lagi gundukan tanah di sisi jalan. Berganti kedai-kedai bersantai yang dibuat tak berjarak. Spot berfoto pun jadi lebih banyak karena bukan cuma di pinggir jalan. Di kedai-kedai ini pun disediakan dekorasi instaramble agar kemegahan Kelok 9 terlihat dari ketinggian.
Sebagai informasi, dinamakan Kelok 9 karena jumlah kelokan atau belokannya ada sembilan. Sudah lama jalan di dibuat, bahkan dari zaman Belanda, sebagai penghubung Sumatera Barat dan Riau. Tapi, Kelok 9 masih berada di wilayah provinsi Sumatera Barat.
Baca juga: Megahnya Masjid Raya Sumatera Barat yang Kini Bernama Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi
Dulu jalan Kelok 9 tergolong sempit dengan kelokan tajam. Saya beberapa kali melaluinya saat berkunjung ke rumah saudara di Riau. Kalau truk besar lewat, bisa macet panjang karena tak bisa sekali belok, melainkan maju dan mundur setidaknya sekali atau dua kali agar muat. Tajamnya belokan dan curamnya jalan inilah yang menjadi alasan kenapa perlu dibuat Kelok 9 versi yang lebih luas agar pengendara aman dan nyaman.
Mengenal Kelok 9 Versi Terkini
Hasilnya tentu tidak main-main. Ini karya anak bangsa yang berkonsep green construction sekaligus jadi ikon konstruksi nasional. Di PUPR sendiri, Kelok 9 memang begitu dibanggakan dan menjadi salah satu bukti keberhasilan pembangunan infrastruktur negeri.
Jembatan Kelok 9 memiliki panjang mencapai 943 meter dan jalan penghubung sepanjang 2.089 meter. Jembatannya terbagi menjadi enam bagian dengan lebar 13,5 meter dan ditopang pilar setinggi lebih kurang 60 meter di atas permukaan jalan yang ada di bawahnya.
Bayangkan, 60 meter! Pantas saya saya mendongak maksimal untuk melihatnya dari jalan terbawah.
Panjang keenam jembatan tersebut berbeda-beda karena mesti menyesuaikan topografi tanah dan panjang lekuk jembatan itu sendiri.
- Panjang jembatan pertama 20 meter:
- Panjang jembatan kedua 230 meter;
- Panjang jembatan ketiga 65 meter;
- Panjang jembatan keempat 462 meter;
- Panjang jembatan kelima 31 meter; dan
- Panjang jembatan keenam 156 meter.
Mengutip dari Detik, jembatan keempat yang menjadi jembatan terpanjang dibangun menggunakan konstruksi pelengkung beton dengan pondasi bore pile sedalam 20 meter. Dimana salah satu fungsi konstruksi ini adalah untuk menahan berat jembatan dan guncangan horizontal bila terjadi gempa. Top banget, kan?
Memburu Objek Foto Keren di Kelok 9
Setelah mengetahui informasi penting tentang Kelok 9, selanjutnya saya akan menceritakan mengenai kunjungan saya kemarin. Saya dan keluarga besar berencana glamping di Harau (next akan saya tulis setelah ini), karena dekat dengan Kelok 9, sekalian saja ke sana mengobati rindu. Mumpung formasinya lengkap juga, he he.
Memasuki area Kelok 9, jembatan tinggi dan kokoh yang dicat merah sudah membuat takjub. Suami saya yang baru pertama kali ke sini, jelas menjadi yang paling antusias. "Wah, tinggi banget!" katanya. Dari bawah jalan, memang seperti itu terlihatnya. Yang setinggi 60 mater tadi. Ditambah dengan perbukitan hijau yang mengapit, semakin indah dan segar di mata. Bikin betah meski ini pada dasarnya adalah jalan raya. Jalan lintas provinsi pula.
Kami tentu saja berhenti di jalan bawah ini. Karena jalannya sangat lebar, jadi berfoto di pinggir tak akan mengganggu lalu lintas. Kebetulan lagi sepi juga karena bukan momen liburan. Tapi mesti tetap berhati-hati, ya.
Spot foto pertama, jalan paling bawah dengan latar belakang tiang-tiang jembatan.
Lebih bagus kalau memosisikan kamera atau hape labih ke bawah agar dapat menangkap background lebih ke atas. Sehingga jembatannya utuh masuk jepretan.
Selanjutnya, kami mendaki jauh lebih ke atas dan berhenti untuk ngopi-ngopi di salah satu kedai. Random saja, tidak ada kriteria khusus untuk memilih kedai yang mana. Yang penting ada tempat duduk-duduknya dan menikmati pemandangan.
Kami memesan kopi panas dan kelapa muda. Tidak makan apa-apa karena sudah makan siang sebelum ke sini di rumah makan yang jaraknya juga tak terlalu jauh. Paling baru 30 menit yang lalu. Jadi, kami minum-minum saja. Harga menunya sangat ramah di kantong. Saya melihat harganya di menu yang sengaja dipajang besar.
Spesialnya, seperti yang saya singgung di awal tadi, kedai ini seolah berlomba membangun spot foto paling menarik dengan tulisan besar "Kelok 9". Ditaruh ayunan gantung yang estetik pula. Meski saya agak ngeri berfoto karena bangunannya masih semi permanen dengan lantai papan yang memperlihatkan kedalaman jurang dari sela-selanya. Seram, takut ambruk. Padahal kuat-kuat saja menahan kita semua yang sengaja duduk di bagian belakang ini. Maklum, saya memang fobia ketinggian.
Spot foto kedua, di dekorasi kedai.
Berwarna-warni dan semakin memperjelas bahwa kita sedang berada di Kelok 9. Kalau di sini, justru memosisikan kamera lebih ke atas agar dapat menangkap pemandangan jambatan merah Kelok 9 dibawahnya.
Selesai bersantai, kami naik lagi lebih ke puncaknya. Di sini sudah tak ada lagi kedai, karena memang sudah ujungnya Kelok 9. Berhenti lagi lah kami di pinggir jalan. Oke juga ternyata untuk berfoto. Dari paling atas, terlihat hampir keseluruhan jembatan Kelok 9 di bawah. Pembatas sisi jalannya pun tinggi, jadi aman.
Spot foto ketiga, puncak Kelok 9.
Sangat baik untuk mengambil latar belakang lebih banyak belokan Kelok 9 dari ketinggian. Memosisikan kemara justru harus lebih tinggi lagi. Bahkan jasa foto yang kami mintai tolong, sampai berdiri di atas kursi agar hasilnya maksimal.
O iya, jasa foto Kelok 9 bisa banget dimanfaatkan untuk mendapatkan dokumentasi bersama orang tercinta dari angle yang tepat. Mereka pasti sudah paham betul titik-titik mana yang terbaik. Tidak mahal, hanya 10 ribu rupiah saja sudah mendapat hasil cetaknya. Kalau kita mau minta tolong difotokan pakai kamera atau hape pribadi, pasti juga akan dibantu.
Bagi teman-teman yang mencari lokasi wisata di luar Kota Padang atau Bukittinggi yang pastinya sudah sangat familiar, berswafoto di Kelok 9 yang ikonik dengan infrastruktur kokoh dan mengagumkan, bisa jadi pilihan. Hanya saja menuju ke sini butuh waktu 4 jam dari kota Padang dan sekitar 2 jam dari Bukittinggi.
Dari pada sudah jauh-jauh ke sini, rasanya rugi kalau langsung pulang. Mending seperti saya dan keluarga yang sekalian menginap di area Harau dengan pemandangan tebing-tebing memikatnya agak semalam. Dijamin fresh jiwa raga sekembalinya. Ditunggu ya artikelnya, segera saya tulis.
Semoga bermanfaat.
Referensi
Mengenal Kelok 9, Pemilik Jembatan Ikonik Berkonsep Green Construction. Tautan: https://regional.kompas.com/read/2023/10/05/221322378/mengenal-kelok-9-pemilik-jembatan-ikonik-berkonsep-green-construction
Post a Comment